REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Kegemilangan Frederic Chopin, komposer dan pianis Polandia abad ke-19 telah menutupi penyakit halusinasi yang diderita sepanjang hidupnya. Menurut peneliti di Spanyol, halusinasi yang diderita Chopin kemungkinan berasal dari epilepsi lobus temporal.
Dari hasil analisis biografi Chopin terungkap "halusinasi visual yang kompleks" mungkin tidak hanya disebabkan oleh psikosis karena umumnya gejala itu terjadi pada malam hari dan bersamaan dengan demam.
Tim riset yang berasal dari Rumah Sakit Xeral-Calde Kompleks di Lugo, Spanyol menyimpulkan epilepsi yang diderita Chopin bisa saja diabaikan dokter pribadi Chopin lantaran keterbatasan informasi yang diperoleh. Meski demikian, analisis tim riset masih diragukan mengingat ketiadaan tes yang mendukung diagnosis definitif.
Di awal peneliti menduga penyakit yang dialami Chopin merupakan gejala migrain atau halusinasi. Namun, peneliti tidak melihat Chopin memiliki dua kondisi yang disebutkan. Peneliti tidak juga menyebut gejala yang dialami Chopin merupakan Skizofrenia, gangguan bipolar atau depresi berat.
"Mengetahui Chopin mungkin memiliki epilepsi, diharapkan dapat membantu pemisahan legenda romantis dari realitas Sekaligus memberi petunjuk baru dalam rangka lebih memahami Chopin dan hidupnya," tulis dua peneliti Manuel Vazquez Caruncho dan Francisco Branas Fernandez seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (25/1).
Dalam surat yang ditulis Chopin tahun 1848, dia acap kali melihat "makhluk terkutuk" yang muncul selama pertunjukannya. Dia juga menuliskan tentang kegelisahan dirinya terhadap bayangan kematian dan hantu. Dari analisis terhadap surat yang dituliskan Chopin, kegelisahan yang dialami sang komposer dimulai 12 tahun sebelum kematiannya.
Sebagai informasi, gangguan syaraf di otak mempengaruhi sekitar 3 juta orang di AS dan dapat menyebabkan sensasi aneh, emosi, dan perilaku atau kadang-kadang kejang, kejang otot, dan kehilangan kesadaran. Menurut National Institute of Health yang berbasis di Bethesda, Maryland eilepsi sering didiagnosis melalui pemindaian terhadap otak atau electroencephalographs selanjutnya diobati dengan obat atau operasi.